Kamis, 01 Juli 2010

Institut Kemandirian dan Keberpihakan Fiskal

Alhamdulillah dengan rahmat Allah dua minggu ini saya sempat silaturahmi ke dua tempat yaitu Solo dan Palembang. Ada hal menarik yang menjadi kesimpulan saya setiap mengamati pergerakan masyarakat khususnya generasi mudanya. Secara umum generasi muda kita harapannya adalah ingin menjadi pegawai negeri sipil. Untuk kota pelambang ditambahkan dengan menjadi pegawai BUMN. Masalah cita-cita saya jadi teringat dengan tayangan dengan judul 'cite-cite' yang sering dilihat tayangannya oleh anak saya rasyad yasmin melalui acara ipin upin yang akhir-akhir ini menghipnotis anak2 Indonesia. Bahwa setiap anak harus punya cita-cita apalagi anak muda. Cita -cita anak muda kita saat ini secara umum adalah pegawai negeri. Mentalitas menjadi pegawai ini memang diwariskan oleh bangsa ini sejak dahulu ketika strata sosial sangat menghargai manakala seseorang menjadi abdi dalem atau panata praja. Bangsa Indonesia yang kaya ini sejatinya akan sangat susah maju manakala mayoritas pemudanya berharap dan bercita-cita menjadi PNS. Tapi itulah yang aneh dari republik ini bahkan untuk menjadi PNS di jawa sampai dilabeli dengan harga puluhan juta rupiah. Kalau mau masuk sudah dengan modal demikian besar terus apa yang dia lakukan ketika sudah jadi. Apakah hanya akan makan dengan kehormatan sebagai pangreh praja, tentu tidak yang terjadi adalah mencari untung dengan status yang baru dia miliki. Bahkan saking anehnya cerita adik2 di kampung bagaimana polisi (oknum lho) demikian galaknya bahkan kalau sedang razia ukuran ban pun pemiliknya harus tahu karena kalau tidak maka tahu sendiri sidang di tempatlah.
Kembali ke persoalan cita-cita sebagian besar pemuda kita. Sejatinya bangsa ini akan maju apabila mayoritas pemudanya bercita-cita pengusaha dan harus siap dengan perjalanan untuk menuju pengusaha yang sukses. Tanah yang subur sumber daya alam yang melimpah harus diusahakan oleh anak-anak bangsa dengan kemampuan dan kemauannya. Bukan diserahkan kepada tangan - tangan asing dengan berbagai istilah penanaman modal asing, investasi asing lah dsb. yang ujung -ujungnya menjadikan bangsa ini menjadi kuli di negeri sendiri.
Untuk itu sudah mulai mendesak untuk menggalakkan gerakan kemandirian agar setiap lulusan sekolah kita siap untuk mandiri sehingga perlu didirikan Institut Kemandirian. Dengan adanya sikap kewirausahaan maka perekonomian akan bergerak disektor riil seiiring dengan pengolahan sumberdaya alam yang maksimal oleh anak -anak bangsa. Institut Kemandirian yang perlu kita dirikan akan mencuciotak anak didik agar ada gelora berusaha bagi anak didiknya, sehingga ibaratnya tidak memberikan kail apalagi ikan, tapi kita gelorakan keinginan untuk memancing karena dengan begitu dapat dipastikan anak didik akan berproses untuk menjadi pemancing-pemancing yang hebat dengan ilmu yang akan dicari dengan sendiri yang sekarang banyak fasilitas yang bisa diakses.
Seiring dengan kewirausahaan masyarakat sudah seharusnya pemerintah memberikan keberpihakannya. Tidak seperti sekarang ini ketika masyarakat di Jawa mencoba melakukan usaha penggemukan sapi akhirnya hancur/gulung tikar karena digempur oleh daging impor sehingga daging impor dan daging lokal selisih hampir 20.000 rupiah per kilo. Ironis.

1 komentar:

  1. pak, institut kemandirian itu sudah ada kok.. alamatnya di jalan Kecapi no. 49 Jagakarsa Jakarta Selatan, telp. 787 1989.

    terkait keberpihakan fiskal, saya setuju sekali pemerintah harus berpihak pada rakyat, memang seharusnya begitu,
    berdasarkan pembukaan UUD 1945, tugas pemerintah adalah:
    1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
    2. untuk memajukan kesejahteraan umum <---
    3. mencerdaskan kehidupan bangsa
    4. ikut melaksanakan ketertiban dunia

    rakyat pantas bertanya, bagaimana orang-orang (atau oknum2?) yang duduk di pemerintahan bisa membuat kebijakan yang jelas2 menyalahi dasar negara kita.. lebih lanjut lagi, apa sanksi kebijakan yang salah tersebut? tak adakah sanksi bagi kebijakan yang salah di negara kita ini, pak?

    BalasHapus